Penulis Pravito – 07 Februari 2021, 11.30 WIB
Minggu (07/02/2021) dilaksanakan seminar 6th Agrifasco yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Rekayasa Pertanian “Agripana” ITB. Seminar dilaksanakan melalui platform zoom dan disiarkan secara langsung melalui kanal youtube HIMEREKTA “Agripana” ITB. Dipandu oleh Abdul Aziz,acara yang diikuti oleh kurang lebih 680 partisipan dari berbagai bidang di seluruh penjuru Indonesia berlangsung dengan lancar dan penuh antusias dari peserta. Seminar ini turut dihadiri oleh Dr. Ir. Suwandi, M.Si., Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Indonesia, Ir. Afrizal Gindow selaku Deputy Managing Director PT East West Seed Indoneisa dan David Setyadi Gunawan, S.Ars., MBA selaku Founder dan CEO Eden Farm.
Melihat kondisi bumi dengan segala tantangan dan dampaknya terhadap ketahanan pangan nasional menjadikan Mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB mengangkat tema “Engineering and Sustainable Agricultural Production Systems Innovation for National Food Security” pada seminar kali ini.Berbagai permasalahan yang melanda bumi tentu berdampak pada ketahanan pangan nasional. Diantaranya, pemanasan global yang dapat menurunkan 5-7% produksi pertanian setiap kenaikan 1° Celsius akibat perubahan iklim. Selain itu, bertambahnya penduduk Indonesia setiap tahun mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian hingga menyentuh angka 110.160 ha/tahun. Semakin tinggi angka penduduk Indonesia maka semakin tinggi tingkat kebutuhan pangan. Ditambah kondisi pandemic yang dapat menyebabkan krisis kelaparan global jika penanggulangannya tidak tepat.
Sebagai kaum milenials, Kampus Mania dituntut untuk proaktif dalam mengembangkan teknologi untuk mengatasi ketahanan pangan nasional di tengah berbagai permasalahan yang ada. Salah satunya, pertanian terpadu dengan menggabungkan kegiatan pertanian dan peternakan sehingga dapat mengefisiensikan biaya dan zat kimia yang digunakan sehingga produksi yang dihasilkan lebih berkualitas. Dr. Ir. Suwandi menyebutkan, pemerintah tengah mengembangkan pertanian terpadu zero waste yang efisien dan multifungsi serta berencana dapat diterapkan di setiap d daerah pada tahun 2021 dengan modal lahan 10.000 hektar. “Hanya inovasi dan teknologi yang mampu menggeser kurva industri” ujar beliau.
Inovasi dalam menjawab tantangan ketahanan pangan juga turut dihadirkan melalui Start Up. Eden Farm adalah salah satu start up di bidang pertanian dengan mengusung konsep urban farming. Melalui programnya, Eden Farm menghimpun dana dari masyarakat kota untuk menunjang hasil produksi yang lebih baik di desa. Dana ini akan ditampung oleh fintek salah satunya Eden Fund yang nantinya hasil panen akan diproses oleh Eden Farm dan didistribusikan ke konsumen
David Setyadi Gunawan, CEO Eden Farm menjelaskan melalui sistem teknologi rantai pasok pada Eden Farm akan memungkinkan hasil pertanian akan sampai ke tangan konsumen tanpa melalui rantai pendingin dengan estimasi waktu kurang dari 10 jam. Hal ini tentu akan menguntungkan berbagai pihak. Di sisi petani, mereka tidak perlu repot dalam mencari Gudang dan konsumen tidak perlu membayar harga distribusi yang terlalu mahal.
Dengan berbagai inovasi dan teknologi yang telah dilakukan terbukti mampu menjawab permasalahan pertanian salah satunya di masa pandemic. Ir. Afrizal Gindow menyebutkan, di masa pandemic sektor pertanian tumbuh 2,5 %. Hal ini tentu patut dibanggakan karena melihat merosotnya perekonomian di sektor lain selama pandemic.Pembatasan aktivitas selama pandemic justru mendorong masyarakat untuk bercocok tanam di halaman rumah masing-masing bahkan sekarang kegiatan ini mulai menjadi viral dan digemari oleh ibu-ibu rumah tangga.
Sejatinya, pangan merupakan penjamin kehidupan dan lingkungan adalah penjamin keberlanjutan. Menyeimbangkan keduanya adalah tugas yang berat, tetapi bukanlah hal yang mustahil. Kita dan alam sama-sama mampu untuk mengatasi segala tantangan yang ada. Tinggal Kampus Mania aja yang harus peka terhadap kondisi lingkungan. Kira-kira sudah siapkah Kampus Mania menjawab tantangan lingkungan ?
Sumber foto : Pravito